Breaking


Kamis, 17 Januari 2019

Peristiwa 17 Januari: Ditemukannya Puncak Everest hingga Perjanjian Renville Indonesia-Belanda

Peristiwa 17 Januari: Ditemukannya Puncak Everest hingga Perjanjian Renville Indonesia-Belanda

PemainbandaRQ

JAKARTA – Berbagai peristiwa penting dan bersejarah terjadi pada 17 Januari. Sebut saja peristiwa ditemukannya Puncak Everest yang menjadi lokasi tertinggi di dunia. Kemudian ada Perjanjian Renville yang ditandatangi Indonesia dan Belanda di atas kapal perang Amerika Serikat, USS Renville.
Selain dua peristiwa tersebut, masih banyak catatan sejarah penting lainnya yang terjadi di berbagai penjuru dunia pada 17 Januari. Berikut ini rangkuman PEmainbandarQ, sebagaimana dihimpun dari Wikipedia.org, Kamis (17/1/2019).

1. Puncak Everest Ditemukan
Pada 178 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 17 Januari 1841, puncak tertinggi di dunia ditemukan oleh seorang pendaki asal Inggris bernama Sir George Everest. Lokasi tertinggi itu kemudian diberi nama sesuai identitas penemunya, yakni Puncak Everest, memiliki ketinggian 8.848 meter. Namun, George Everest sendiri tidak berhasil mencapai puncak tertinggi di dunia tersebut.
Pada 29 Mei 1953, Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Tenzing Norgay seorang penduduk asli Nepal menjadi orang pertama dan berhasil mencapai Puncak Everest. Mereka anggota ekspedisi Inggris yang dipimpin Sir John Hunt. Tim ini berangkat dari Kathmandu, Nepal, pada 10 Maret 1953, dan melakukan pendakian dari sisi selatan yang dikenal sebagai lereng yang tidak mungkin dapat didaki.

2. Karakter kartun Popeye pertama kali muncul
Pada tanggal 17 Januari 1929, karakter kartun Popeye si pelaut buatan Elzie Crisler Segar untuk pertama kalinya muncul dalam surat kabar lokal Amerika Serikat (AS). Kepopuleran tokoh Popeye kemudian membuat Elzie membukukan semua komik buatannya dalam satu buku bertajuk bertajuk 'Thimble Theatre King Features'.
Kini karakter Popeye telah muncul dalam komik strip, teater, dan tayangan televisi dalam bentuk kartun animasi.
3. Perjanjian Renville ditandatangani Belanda dan Indonesia
Perjanjian Renville adalah kesepakatan antara Indonesia dan Belanda yang ditandatangani pada 17 Januari 1948. Penandatanganan dilakukan di atas geladak kapal perang Amerika Serikat, USS Renville, yang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Perundingan ini dimulai pada 8 Desember 1947 dan ditengahi oleh Komisi Tiga Negara yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, dan Belgia. Dari pihak Indonesia, perundingan ini diwakili Amir Syarifudin. Sedangkan perwakilan pihak Belanda oleh R Abdulkadir Widjojoatmodjo. Ia merupakan warga Indonesia yang memihak Belanda.
Isi perjanjian Renville ini adalah Belanda hanya mengakui Jawa tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian wilayah Republik Indonesia. Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda itu mengakibatkan setiap Tentara Nasional Indonesia yang berada di daerah pendudukan Belanda di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur harus berpindah atau dipaksa tarik mundur ke daerah Republik Indonesia.Guna memecah belah Republik Indonesia, Belanda juga membuat "negara boneka", di antaranya Borneo Barat, Negara Madura, Negara Sumatera Timur, dan Negara Jawa Timur. Perjanjian Renville ini menimbulkan banyak kerugian bagi Indonesia sehingga timbulnya Agresi Militer Belanda II.
4. Iran setop kirim jamaah haji ke Makkah
Sejak 17 Januari 2010, Pemerintah Iran berhenti mengirim jamaah calon haji ke Makkah, Arab Saudi. Keputusan itu diambil karena Kepolisian Arab Saudi dituding telah melakukan beberapa kekerasan terhadap penganut Syiah yang sedang melakukan ziarah di sana.
Pada Januari 2016, Pemerintah Arab Saudi akhirnya memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, menyusul penyerbuan para demonstran Iran ke misi-misi diplomatiknya. Penyerbuan tersebut sebagai luapan kemarahan atas eksekusi mati yang dilakukan otoritas Saudi terhadap seorang ulama Syiah terkemuka.
Hubungan Iran dan Saudi akhirnya dilanda ketegangan sejak tragedi Mina pada September 2015. Ini merupakan tragedi puluhan ribu jamaah haji yang berjalan dan berhimpitan, sehingga mengakibatkan banyak orang tewas terjepit, terinjak-injak, dan kehabisan napas. Sedikitnya 464 jamaah asal Iran termasuk ke ribuan jemaah asing yang tewas.
Sebaliknya, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al Jubeir menuduh Iran menjadikan tragedi Mina sebagai isu politik karena kedua negara tersebut tengah sengit dalam persaingan untuk memperebutkan pengaruh di kawasan Teluk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar